Pembasmi hama ramah tanaman karya Mahasiswa ITS. Dok. ITS |
JAKARTA - Kegagalan hasil panen padi akibat hama
serangga menjadi salah satu momok yang kerap dihadapi para petani. Biasanya,
para petani mengusir hama tersebut dengan menggunakan penyemprotan pestisida.
Namun, upaya itu ternyata berbahaya karena bisa menimbulkan
berbagai efek. Mulai dari pencemaran lingkungan yang merusak unsur hara mikro
dan makro tanah, serta penurunan kesuburan tanah. Lalu, juga bisa mengganggu
kesehatan manusia khususnya petani.
Oleh karena itu, tim KKN Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) mengembangkan teknologi alat pembasmi hama yang lebih ramah untuk tanaman
padi. Dengan alat ini, diharapkan produktivitas hasil panen menjadi meningkat.
"Kami membuat inovasi alat berteknologi ultrasonic
wave dan light trap dengan prinsip pemanfaatan energy photovoltaic,”
ujar Alief Muhammad, ketua tim, dikutip dari laman resmi ITS, Senin
(27/9).
Alief mengatakan, bahwa sebenarnya penggunaan light
trap dalam membasmi hama ini telah diupayakan oleh beberapa petani. Sumber
daya listrik dihubungkan ke rumah petani yang letaknya tidak terlalu jauh dari
sawah.
Akan tetapi, sistem ini memiliki kelemahan karena terdapat
lonjakan tagihan listrik. Hal ini tentu akan menyulitkan para petani karena
tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Namun, pada teknologi inovasi
mahasiswa ITS ini menggunakan energi solar panel.
"Jadi, bisa membantu petani baik secara keuangan maupun
kesehatan," tutur mahasiswa angkatan 2018 itu.
Kemudian, penggunaan gelombang ultrasonik ini akan
menghasilkan frekuensi lebih dari 40 kHz, sehingga dapat menghambat komunikasi
hama wereng dan menimbulkan reaksi gerak pasif. Dengan begitu, hama dapat lebih
cepat mati.
"Sebab, alat dirancang akan bekerja saat matahari sudah
tenggelam," imbuhnya.
Lalu, alat ini didesain dengan mengatur cahaya yang
dihasilkan oleh light trap saat malam hari. Hal ini sebagai upaya untuk memikat
serangga, agar jatuh ke box controller yang telah terdapat larutan
detergen di dalamnya.
Lampu yang dipasang pada rangka alat juga telah diatur lebih
tinggi dari tanaman padi kurang lebih 1 meter. “Hal ini dilakukan sebab rata
rata ketinggian terbang dari serangga berkisar sekitar 1 meter,” bebernya.
Sementara itu, alat inovasi buatan mahasiswa ITS ini telah
digunakan oleh para petani di Desa Pepe, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Dengan alat inovasi tersebut, tim KKN ITS ini berharap agar permasalahan akibat
hama serangga dapat teratasi.
Kemudian, para petani pun tidak lagi ketergantungan terhadap
penyemprotan pestisida. Jadi, mereka bisa beralih ke alat pembasmi
berteknologi ultrasonic wave dan light trap ini. Sebab,
penggunaan alat ini lebih menjamin kesehatan padi daripada pestisida.
No comments:
Post a Comment