JAKARTA – Energi fosil akan menjadi penyumbang emisi terbesar pada 2030 hingga mencapai 58 persen berdasarkan dokumen Nationally Determined Contributions (NDC).
Dokumen tersebut juga menyebutkan bahwa langkah
transformasional untuk bertransisi energi perlu dilakukan seiring dengan
semakin kritisnya kenaikan suhu bumi.
Institute for Essential Service Reform menilai sistem energi
terbarukan merupakan solusi yang tepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di
masa mendatang.
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
terbaru memprediksi bila negara di dunia tidak menerapkan langkah yang ambisius
dalam memitigasi perubahan iklim, maka kenaikan suhu bumi melebihi 1,5 derajat
Celcius akan berlangsung hanya dalam dua dekade mendatang.
Pada 2080-2100, kenaikan temperatur rata-rata bumi bahkan
dapat mencapai 3,3 - 5,7 derajat Celcius. Selain itu, dampak cuaca ekstrem akan
lebih sering terjadi ketika temperatur rata-rata bumi naik melebihi 1,5 derajat
Celcius seperti hujan lebat, kekeringan, dan heatwave. Beberapa perubahan
tersebut bahkan tidak bisa diperbaiki.
“Perubahan iklim berdampak bagi Indonesia, terutama dengan
meningkatnya intensitas hujan. Pemerintah perlu melakukan adaptasi dan
mitigasi. Tidak ada waktu untuk berleha. Tindakan mitigasi harus dilakukan
dengan mereduksi jumlah emisi karbon di atmosfer,” kata Wakil Ketua Kelompok
Kerja I IPCC, Prof Edvin Aldrian dalam webinar Indonesia Energy Transition
Dialogue, Selasa (14/9/2021).
Di saat yang sama, Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa
menilai Indonesia masih belum selaras dengan Paris Agreement untuk menekan
emisi gas rumah kaca. Selain terlambat 10 tahun dari target persetujuan paris,
IESR menilai skenario mitigasi di sektor energi dalam dokumen tersebut masih
sarat dengan energi fosil.
“Skenario low carbon scenario compatible with Paris
Agreement target dalam Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate
Resilience tidak mencerminkan Indonesia mengatasi krisis iklim,”
katanya.
Menurutnya, upaya pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca
dengan teknologi seperti CCS/CCUS belum efektif dalam menurunkan emisi PLTU.
Skenario ini katanya justru menjauhkan target transformasi sistem energi
berbasis pada teknologi terbaik yang lebih handal, bersih, dan kompetitif.
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20210914/44/1442131/ndc-energi-fosil-penyumbang-emisi-gas-rumah-kaca-pada-2030
No comments:
Post a Comment