Tuesday, September 14, 2021

Pemberdayaan Perempuan Berperan Kontrol Perubahan Iklim, Begini Penjelasannya

Massa membawa poster saat melakukan aksi demonstrasi protes perubahan iklim ketika kabut asap menutupi kota akibat kebakaran hutan di Palangka Raya, provinsi Kalimantan Tengah, 20 September 2019 REUTERS/Willy Kurniawan


Jakarta – Belakangan ini, isu perubahan iklim terus menjadi perbincangan hangat masyarakat dunia. Salah satu faktor penyebab perubahan iklim adalah produksi tinggi gas karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca. Project Dragdown, sebuah koalisi ilmuwan, ekonom, peneliti, pebisnis dan pembuatan kebijakan, pun turut serta dalam menggemborkan tentang isu perubahan iklim.

Dilansir dari laman wider.com, melalui sebuah ringkasan mitigasi perubahan iklim, Project Dragdown mengajak para masyarakat dunia untuk melakukan langkah-langkah pencegahan produksi gas karbondioksida di bumi.

Dari delapan puluh langkah praktis yang direkomendasikan, terdapat satu saran yang menarik perhatian dan terkesan tidak relavan. Alih-alih berfokus pada penghematan energi atau menggunakan energi alternatif, Project Dragdown menekankan mitigasi melalui pemberdayaan perempuan dan sosialisasi pentingnya program Keluarga Berencana (KB).

Lantas, apa hubungan pencegahan perubahan iklim dengan pemberdayaan perempuan?

Pencegahan perubahan iklim melalui pemberdayaan perempuan ternyata memiliki korelasi yang berkesinambungan. Pemberdayaan perempuan dilakukan dengan memberikan akses pendidikan yang berkualitas. Dengan edukasi matang, mendorong para perempuan di dunia kehidupan yang lebih baik, seperti  harapan hidup tinggi, ekonomi maju, hingga pemaksaan pernikahan menjadi berkurang.

”Dengan demikian, perempuan melalui keterampilannya siap untuk menghadapi perubahan iklim,” ujar perwakilan Project Derugdown.

Selain itu, perempuan ini juga berperan dalam mengendalikan jumah penduduk di bumi.  Dikutip dari laman earthday.org, melalui pendidikan, perempuan akan lebih tahu keefektifan program keluarga bencana (KB) dalam menekan jumlah penduduk.

Penduduk yang padat membuat kebutuhan sumber daya akan semakin banyak. Apabila kondisi seperti ini dibiarkan, maka lingkungan bumi akan rusak dan langka karena terus-menerus digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin pesat jumlahnya.

Seperti yang diketahui, tidak semua negara-negara di dunia merespons baik keberadaan program KB, khususnya di negara-negara berkembang. Melansir laman ejournal.iainsurakarta.ac.id, sebagian besar menolak program ini karena dianggap bertentangan dengan agama dan kepercayaan. Akibatnya, produksi gas karbondioksida di atmosfer semakin meningkat.

Meskipun tidak signifikan, tetapi pengendalian kelahiran berperan penting dalam mengontrol perubahan iklim di dunia. Project Dragdown menilai apabila kedua langkah ini dilakukan secara universal oleh seluruh negara-negara di dunia, dipastikan dapat mengurangi 120 miliar ton emisi pada 2050.

Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1505656/pemberdayaan-perempuan-berperan-kontrol-perubahan-iklim-begini-penjelasannya

No comments:

Post a Comment

SOLUSI DIGITAL CITY: Monitoring SmartCity menggunakan software PRTG

  Monitoring SmartCity menggunakan software PRTG. Software PRTG memonitor perangkat / Device untuk Smart City ini banyak menggunakan device...