Hutan mangrove mampu menyimpan karbon 3-5 kali lebih
banyak daripada hutan tropis dataran tinggi
Ilustrasi: Hutan mangrove mampu menyimpan karbon 3-5 kali
lebih banyak daripada hutan tropis dataran tinggi photo by: KEHATI |
Banyak literatur yang menyatakan bahwa tanggung tanggung
jawab sosial harus dilakukan di lingkungan terdekat dari tempat individu,
institusi, organisasi, perusahaan melakukan kegiatan/operasional. Pemangku
kepentingan yang berada di dekat suatu perusahaan haruslah merasakan dampak
positif dari keberadaan perusahaan yang ada di lingkungan mereka.
Selain itu, jika berbicara tentang tanggung jawab sosial
lingkungan, sudah selayaknya program yang dibangun dapat memberikan manfaat
tidak hanya pada sisi ekologi, namun juga sosial, dan ekonomi. Bagaimana
masyarakat yang berada di lingkungan sekitar program dapat meningkat
kesejahteraannya, dan menjadi aktor yang terlibat langsung pada kegiatan yang
dijalankan.
Hal inilah yang diungkapkan oleh Vice President Director PT
ASC Eddy Sutanto setelah penandatanganan MoU Program Mangrove Blue Carbon
dengan Yayasan KEHATI di Gedung WTC 2, Jakarta (22/10).
Penandatanganan MoU Rehabilitasi Mangrove di Provinsi Banten
antara Yayasan KEHATI dan PT Asahimas Chemical (22/10) photo by M Syarif |
“Permasalahan lingkungan dan perubahan iklim merupakan
permasalahan global yang harus diselesaikan secara bahu-membahu oleh seluruh
pihak. PT Asahimas Chemical mencoba menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan
yang berada di sekitar area operasi,” ujar Vice President Director PT ASC Eddy
Sutanto.
Kesepakatan berdurasi 5 tahun ini bertujuan untuk mendukung
pengurangan emisi gas rumah kaca (carbon pollution) dan mitigasi bencana di
Provinsi Banten dan ikut berkontribusi dalam target nasional penambahan hutan
mangrove sebagai langkah mitigasi perubahan iklim. Penandatanganan dilakukan
oleh Vice President Director PT ASC Eddy Sutanto dan Direktur Eksekutif Yayasan
KEHATI Riki Frindos.
Melalui program ini, PT Asahimas Chemical juga berharap
dapat menjadi model dalam mendukung pembangunan rendah karbon dengan melakukan
rehabilitasi lahan mangrove di pesisir Banten, terutama yang terdampak oleh
bencana tsunami pada tahun 2018.
Program Mangrove Blue Carbon sendiri merupakan konsep
program konservasi dan rehabilitasi keanekaragaman hayati yang dirancang untuk
mendukung program nasional program dari pemerintah pusat yang masuk dalam program
prioritas nasional (PPN) RPJMN 2020-2024 melalui pembangunan rendah karbon
(PRK). PT Asahimas Chemical berharap program ini dapat merehabilitasi ekosistem
mangrove seluas 14 hektar dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat,
seperti kelompok perempuan, nelayan, dan pemuda serta dapat memberikan nilai
ekonomis masyarakat setempat dalam bentuk produk turunan mangrove.
Selain manfaat ekologi, dengan meningkatnya produktivitas
biologi sumber daya perikanan daerah pesisir Banten, nelayan diharapkan dapat
menerima manfaat ekonomi dengan berkembang biaknya ikan dan biota laut. Belum
lagi melalui pemanfaatan area konservasi menjadi daerah tujuan ekowisata.
Pada kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI
Riki Frindos berharap program ini dapat mendorong pelestarian keanekaragaman
hayati di ekosistem mangrove dan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat
disana khususnya generasi muda melalui pembuatan taman kehati mangrove. “Kami
berharap program ini dapat berjalan sukses dan bisa direplika di daerah-daerah
lain di seluruh Indonesia,”tambahnya.
Program rehabilitasi ekosistem mangrove sendiri sudah
dilakukan oleh PT Asahimas Chemical di Provinsi Banten sejak tahun 2013, dimana
PT Asahimas Chemical (ASC) melakukan penanaman dan pembibitan 10 ribu mangrove
di area seluas satu hektar di muara kali Cibanten, Serang.
Sumber: https://kumparan.com/user-30062021015343/program-karbon-biru-mangrove-untuk-mitigasi-perubahan-iklim-1wZx13KzSWS/full
No comments:
Post a Comment