Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam
distribusi pola cuaca terhadap suhu bumi secara menyeluruh, dengan dampak yang
besar dan terjadi secara berkepanjangan. Ilmuan iklim menegaskan bahwa
peristiwa ini tidak sepenuhnya terjadi akibat peristiwa alam, melainkan juga
diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Atmosfer bumi terbentuk dari berbagai macam gas; oksigen,
nitrogen, dan gas rumah kaca yang diibaratkan sebagai kaca transparan yang
menyelimuti bumi. Selimut ini bertindak untuk menjaga agar sejumlah panas yang
terperangkap tetap ideal bagi kelangsungan hidup ekosistem bumi. Akan tetapi,
pembakaran bahan bakar fosil yang melonjak mengakibatkan konsentrasi gas rumah
kaca semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan jumlah panas yang terperangkap
di atmosfer semakin banyak sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi.
Pada dasarnya, gas rumah kaca dibutuhkan oleh bumi agar
ekosistem atmosfernya tetap stabil. Jika gas-gas tersebut tidak ada, seluruh
panas akan terlepas kembali ke angkasa sehingga mengakibatkan bumi membeku.
Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan gas rumah kaca berlebih selain
pembakaran bahan bakar fosil yaitu peternakan, penggundulan hutan, limbah dan
polusi.
Pemanasan global berdampak pada tenggelamnya 2 wilayah dari
sebuah desa di Provinsi Jawa Tengah yang diakibatkan oleh banjir rob. Perubahan
iklim juga menyebabkan bencana alam yang terjadi secara intensif pada 10 tahun
terakhir seperti banjir, angin topan, gelombang panas, tornado, dan kekeringan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat
terdapat lebih kurang 17.000 kejadian bencana alam di Indonesia dalam 10 tahun
terakhir yang terdiri dari banjir (6261 kejadian), puting beliung (5128
kejadian), tanah longsor (4077 kejadian), kebakaran hutan dan lahan (620
kejadian), kekeringan (637 kejadian), gelombang pasang/abrasi (167 kejadian),
serta letusan gunung api (52 kejadian).
Dampak perubahan iklim juga diketahui bisa memicu
tenggelamnya sekitar 2000 pulau kecil di Tanah Air pada tahun 2030. Analisa
tersebut dipublikasikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan PBB pada
tahun 2009.
Selain itu, akibat perubahan iklim juga menjadikan terumbu
karang di sejumlah kawasan termasuk Pasifik Barat rusak parah. Adapun
alternatif yang dapat dilakukan sebagai solusinya yaitu dengan menggunakan
energi terbarukan. Energi terbarukan yang dapat digunakan salah satunya yaitu
energi matahari. Cahaya matahari dapat diubah menjadi energi listrik melalui
penggunaan sel surya.
Hal ini tentunya mengurangi pembakaran bahan bakar fosil
yang biasa digunakan sebagai bahan utama pembangkit listrik. Letak geografis
Indonesia diuntungkan karena berada pada garis khatulistiwa dimana matahari
selalu ada setiap hari disepanjang tahun, sehingga penggunaan sel surya di
Indonesia sangat cocok sebagai alternatif pembangkit listrik. Energi terbarukan
lainnya yang dapat dimanfaatkan di Indonesia yaitu energi angin.
Melalui penggunaan turbin angin, energi ini dapat diubah
menjadi energi mekanik yang mampu menghasilkan energi listrik. Pemanfaatan
energi angin yang dapat dilakukan di daerah landai maupun tinggi menjadikan
turbin angin sebagai alternatif bagus dalam menyikapi ketergantungan kita
terhadap bahan bakar fosil.
Hal-hal lainnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemanasan global diantaranya yaitu dengan menggunakan ulang (Reuse), daur ulang (Recycle), kurangi pemakaian (Rethink), dan sebarkan pengetahuan dan kepedulian terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan persoalan yang sangat nyata dan berpengaruh terhadap bumi. Bumi adalah rumah kita, meskipun kita adalah masalahnya, namun, kita juga dapat menjadi solusinya.
No comments:
Post a Comment