Wednesday, September 29, 2021

Asap 'Perang' Nuklir Berpotensi Picu Perubahan Iklim Dalam Skala Besar

pixabay.com/Ilustrasi/PIRO4D


 Penelitian Tersebut Menunjukkan Setelah Perang Nuklir Regional Atau Global, Bumi Akan Kehilangan Sebagian Besar Lapisan Ozon Pelindungnya Yang Meningkatkan Paparan Sinar Ultraviolet.

Para ilmuwan memperingatkan dampak perang nuklir terhadap perubahan iklim. Perang nuklir disebut mampu memicu terjadinya perubahan iklim di seluruh dunia yang bisa berdampak buruk pada produksi pangan dan kesehatan manusia.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa asap yang ditimbulkan oleh perang nuklir akan bisa melubangi lapisan ozon. Yang mana, hal ini akan membuat bumi menerima lebih banyak paparan sinar matahari. Hal itu sebagaimana dikemukakan oleh profesor ilmu lingkungan di Rutgers University-New Brunswick Alan Robock.

"Meskipun kami menduga bahwa ozon akan hancur setelah perang nuklir dan itu akan menghasilkan peningkatan sinar ultraviolet di permukaan bumi," ujarnya. "Jika ada terlalu banyak asap, itu akan menghalangi sinar ultraviolet."

Sudah lama diketahui bahwa senjata nuklir yang digunakan di kota-kota dan kawasan industri dapat memicu kebakaran dalam skala besar. Pasalnya, senjata ini mampu melepaskan asap dalam jumlah besar ke stratosfer yang kemudian akan menyebabkan perubahan iklim.

Para ilmuwan mensimulasikan efek asap ini pada kimia ozon dan sinar ultraviolet permukaan dengan menggunakan model iklim modern. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah perang nuklir regional atau global, Bumi akan kehilangan sebagian besar lapisan ozon pelindungnya.

Yang mana, kondisi ini akan menyebabkan keadaan bumi terpapar sinar ultraviolet yang sangat tinggi selama beberapa tahun. Kondisi ini berisiko membahayakan kesehatan manusia dan persediaan makanan. Pemulihan akan memakan waktu sekitar satu dekade, menurut temuan itu.

Misalnya ketika terjadi perang nuklir regional yang melibatkan negara tetangga India dan Pakistan maka menghasilkan 5 megaton jelaga. Maka tingkat sinar ultraviolet yang sangat tinggi akan dimulai dalam waktu satu tahun. Sebab, lapisan ozon global akan berkurang 25 persen dan pemulihan akan memakan waktu 12 tahun.

Jika perang terjadi dalam skala yang lebih besar, perlu waktu lebih lama bagi tingkat sinar ultraviolet untuk naik setelahnya. Misalnya jika Amerika Serikat dan Rusia melakukan perang nuklir, maka akan menghasilkan 150 megaton jelaga. Para peneliti mengatakan sinar ultraviolet yang tinggi akan dimulai setelah waktu 8 tahun.

Sumber: https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00387398.html?__cf_chl_captcha_tk__=pmd_BF5rVYXX6gEY5YKmu1p0nMal2HyVbUPeYUuI.j9x47Q-1632974701-0-gqNtZGzNAtCjcnBszQa9

No comments:

Post a Comment

SOLUSI DIGITAL CITY: Monitoring SmartCity menggunakan software PRTG

  Monitoring SmartCity menggunakan software PRTG. Software PRTG memonitor perangkat / Device untuk Smart City ini banyak menggunakan device...