Sunday, September 5, 2021

ICT for Climate Change: Mulai Dari Diri Sendiri

 Semua orang tahu adanya perubahan iklim, dan bahkan semua orang merasakan. Di tempat tinggal saya, sudah hampir sebulan tidak merasakan hujan. Tidak ada air hujan yang turun, hanya mendung saja. Dan itu semua kita bisa tahu dari pengumuman yang disampaikan pemerintah, bahwa memang saat ini kita mulai merasakan dampak dari perubahan iklim, dimulai dari tidak jelasnya musim panas dan hujan. 

Lalu terkait dengan dampak perubahan iklim ini, apa yang bisa kita lakukan ? Buat sebagian orang berpikir itu bukan tanggung jawabnya. Tugasnya hanya bekerja, mencari uang, dan tidak peduli dengan lingkungan. Bila terkena dampaknya, dipahami sebagai nasib. Nasib yang tidak bisa diubah. Padahal tidak, justru yang bisa merubah terkait dengan dampak dari perubahan iklim adalah diri kita sendiri . 

Apa yang bisa kita lakukan ? Banyak orang menyebutnya sebagai pengurangan karbon, emisi karbon, atau kerennya carbon footprint. 

Maka gambarnya adalah jejak langkah kita. Bukan orang lain, bukan pemerintah, tapi kita sendiri. 

Ada tiga hal yang bisa dikurangi, dengan target pengurangan hingga 60%. Apa saja itu ?

3 Hal yang bisa difokuskan (Koleksi Pribadi)

Pertama, kelistrikan. Kita bisa menghemat listrik yang biasa kita gunakan. Untuk menghemat listrik banyak caranya. Pastikan anda telah mengganti semua bohlam (lampu listrik jaman jadul) dengan menggunakan lampu LED. Lampu LED 3 watt sekarang menghiasi rumah kami, pijarnya hampir sama dengan 40 watt lampu bohlam.  Bila ada sambungan listrik yang tidak terpakai, cabut dulu. Bila ada perangkat listrik yang menghabiskan daya listrik tinggi, maka gantilah. Gunakan secara hemat semua perangkat yang seperti ini, seperti panggang roti (toaster hingga 300-750watt), microwave (1200 watt), dan banyak perangkat lainnya. Gunakan perangkat hemat listrik, cek dulu semua perangkat sebelum anda beli, berapa daya listrik yang akan digunakan. Ingat, sebagian besar listrik kita di Indonesia masih menggunakan sumber dari diesel (PLTD) dan batubara (PLTB), mungkin hanya daerah tertentu yang menggunakan dari air (PLTA). Sedangkan pembangkit sumber daya lain, seperti angin, atau surya masih sangat jarang di Indonesia. Ada trik lain yang bisa digunakan juga, yaitu memanfaatkan pencahayaan matahari untuk area yang bisa dijangkau, dengan memastikan jendela dan atap kaca yang tembus cahaya.


Kedua, heating, pemanasan atau pengaturan suhu. Di negara asing mereka menggunakan pemanas, tapi kalau di Indonesia, kita menggunakan pendingin ruangan. Sebagian besar pendingin ruangan kita masih menggunakan CFC (chlorofluorocarbons) dan ini mempertipis lapiran ozon pelindung bumi kita. Maka berbagai upaya pemerintah global mengganti CFC ini dengan yang lebih ramah lingkungan, diganti dengan HCFC (hydrochlorofluorocarbon), kita sering mengenalnya sebagai freon R22. Sekarang kita mengenal HFC (Hydro Fluro Carbons) freon R410 yang menggantikan R22. Di Indonesia, beberapa pabrikan mulai mengenalkan type HFC lain, yaitu R32. 

Jenis Freon (dokumentasi Sharp)

Apapun jenis freonnya, pastikan kita menggunakannya dengan hemat. Atur suhu sesuai dengan pemakaian normal, misal suhu 20-21 derajat. Sebab ada beberapa orang yang selalu memasang di 16-17 derajat, dengan harapan lebih dingin, padahal penggunaannya tidak sesuai dengan luas ruangan yang ada. Pemanasan atau pendinginan harus mempertimbangkan faktor luasan ruangan yang akan dipanaskan atau didinginkan. Bila ruangan kita luas, tentu harus mempertimbangkan kapasitas lebih besar. Berikutnya pastikan gunakan jenis pendingin yang hemat listrik, atau dikenal dengan inverter. Harganya bisa 30% lebih mahal, tapi hanya satu kali investasi, selanjutnya pemakaian listrik akan lebih hemat.


Ketiga, mobil atau kendaraan bermotor kita. Memang di masa pandemi, hal ini menurun drastis. Tidak ada penerbangan rutin yang selalu kita lakukan, karena pembatasan. Demikian juga dengan berkendara mobil dan motor. Sekarang pun hanya 50% yang bisa bekerja kembali di kantor, dan hanya sektor tertentu yang bisa bekerja 100%. Penggunaan mobil dan motor yang turun drastis semasa pandemi malah membuat langit kita bertambah biru. Tidak banyak asap dan polusi udara terjadi. Selanjutnya kita harus terus menjaga hal ini, memastikan kita bisa menghemat, membatasi mobilisasi. Penggunaan bahan bakar fosil yang akan semakin menurun hingga 2030 karena cadangan minyak kita menurun juga. Kita harus mulai bersiap menggunakan mobil listrik yang sedang dipersiapkan pemerintah di banyak negara. 

Apapun upaya pemerintah tanpa kesadaran dari kita masing-masing sebagai warga negara yang memang harus ikut memikirkan, berpartisipasi dalam pengurangan emisi karbon akan mengurangi dampak perubahan iklim. Kita tidak tahu kapan, tapi berbagai peringatan telah kita lihat, dan semua harus kita mulai dari diri kita sendiri.


sumber: https://www.kompasiana.com/startmeup/6135688c31a2870b2d07ee62/ict-for-climate-change-mulai-dari-diri-sendiri

No comments:

Post a Comment

SOLUSI DIGITAL CITY: Monitoring SmartCity menggunakan software PRTG

  Monitoring SmartCity menggunakan software PRTG. Software PRTG memonitor perangkat / Device untuk Smart City ini banyak menggunakan device...