Pemanasan global Foto: Pixabay |
Mungkin hanya sedikit orang yang menyadari bahwa Bumi yang kita pijak sedang bergerak pada kehancuran akibat dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang terus berlanjut tanpa ada tindakan nyata.
Dampak jangka panjang dari krisis iklim ini meliputi
peningkatan gas rumah kaca, suhu dan permukaan laut yang akan terasa nyata pada
tahun 2100. Berbagai upaya untuk menangani masalah ini sebenarnya telah
dilakukan. Seperti Perjanjian Paris yang setiap negara di seluruh dunia
membatasi pemanasan di bawah 2 derajat Celsius.
Kini para ilmuwan telah membuat model penelitian untuk
menggambarkan kemungkinan yang akan terjadi di tahun 2100 hingga 2500 jika manusia tidak segera bertindak.
Dilaporkan dalam The Conversation, para peneliti meninjau laporan ilmiah
Intergovernmental Panel on Climate Change’s (IPCC).
Laporan IPCC menilai penelitian pemetaan wilayah di mana
kita tinggal dan apa yang harus dilakukan sebelum tahun 2100 untuk menghentikan
pemanasan, serta apa yang akan terjadi jika mereka tidak melakukannya.
Yang pasti, berdasarkan penelitian PBB yang diterbitkan
United National assessment of Nationally Determined Contributions (NDCs)
manusia harus bersiap dengan kenaikan suhu 2,7 derajat Celsius pada tahun 2100,
ini berarti akan terjadi kebakaran, badai, kekeringan, banjir, pemanasan yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Jadi, bagaimana dan seperti apa anak cucu kita
menjalani kehidupan setelah tahun 2100?
Ilutrasi kekeringan akibat pemanasan global. Foto: Shutter
Stock |
Kehidupan setelah 2100
Pada 2100, akankah iklim berhenti memanas? Jika tidak, apa
yang akan terjadi? Peneliti menulis di Global Change Biology, untuk mengetahui
jawabannya, mereka membuat proyeksi model iklim global berdasarkan
Representative Concentration Pathways (RCP), yang merupakan “proyeksi
berlandaskan waktu dari konsentrasi gas rumah kaca (GRK) atmosfer”.
Proyeksi mereka memodelkan skenario mitigasi rendah
(RCP6.0), sedang (RCP4.5), dan tinggi (RCP2.6 yang disesuaikan dengan
Perjanjian Paris di bawah 2 derajat Celsius) hingga tahun 2500.
Mereka juga memodelkan distribusi vegetasi, tekanan panas,
dan kondisi pertumbuhan tanaman saat ini. Ini dilakukan untuk memahami jenis
tantangan lingkungan yang mungkin dihadapi anak cucu kita di masa depan.
Hasilnya mereka menemukan, bahwa suhu rata-rata global akan
terus meningkat setelah tahun 2100 di bawah RCP4.5 dan RCP6.0 (mitigasi sedang
hingga rendah). Di bawah skenario tersebut, vegetasi dan area pertanian
bergerak ke arah kutub, sementara area untuk bercocok tanam berkurang secara
global. Tempat-tempat bersejarah dan ekosistem terpelihara seperti Lembah
Amazon akan berubah tandus.
Lebih lanjut, peneliti menemukan tekanan panas mencapai
tingkat paling fatal bagi manusia di daerah tropis yang saat ini berpenduduk
padat. Daerah tersebut mungkin menjadi tidak layak huni. Bahkan di bawah
skenario mitigasi RCP2.6, permukaan laut akan terus naik dan air laut akan
terus memanas.
Model ini membantu mengungkapkan besarnya potensi dampak
iklim jangka panjang. Untuk benar-benar menggambarkan seperti apa dunia dengan
mitigasi rendah dan sedang peneliti memproyeksikannya dalam lukisan. Berikut
gambaran Bumi mulai dari tahun 1500, 2020, hingga 2500.
Gambaran dari Amazon mulai tahun 1500 hingga 2500. Foto: Lyon
dkk., 2021/CC BY-ND |
Gambar di atas menunjukkan desa adat tradisional pada 1500 M
dengan sungai dan tanaman di hutan hujan Amazon. Gambar tengah adalah lanskap
masa kini. Sementara paling bawah menunjukkan gambaran tahun 2500, terlihat
tanah yang tandus, permukaan air rendah akibat penurunan vegetasi dengan
infrastruktur yang rusak karena penurunan aktivitas manusia.
Midwest AS
Tanaman jagung yang saat ini bisa ditanam akan berubah
menjadi kelapa sakit seiring dengan pemanasan suhu. Foto: Lyon dkk., 2021/CC
BY-ND |
Lukisan paling atas adalah situasi masyarakat adat
pra-kolonisasi. Kedua adalah area yang sama saat ini, dengan monokultur
biji-bijian dan alat berat untuk panen. Terakhir, menunjukkan adaptasi
pertanian ke iklim subtropis yang panas dan lembab, dengan agroforestri
subtropis kelapa sawit. Tanaman dirawat oleh drone AI dengan kehadiran manusia
yang berkurang.
Wilayah Asia Selatan
Gambaran wilayah pertanian dari tahun 1500 hingga 2500.
Foto: Lyon dkk., 2021/CC BY-ND |
Gambar paling atas adalah pemandangan desa agraris dengan
tanaman padi, ternak dan masyarakat sosial. Kedua adalah pemandangan masa kini
yang menunjukkan perpaduan antara pertanian padi dan infrastruktur modern.
Sementara gambar paling bawah menunjukkan masa depan teknologi adaptasi panas
termasuk pertanian robotik dengan kehadiran manusia memakai peralatan pelindung
diri.
Masa depan yang asing
Antara tahun 1500 hingga 2020, kita telah menyaksikan
penjajahan dan Revolusi Industri, kelahiran negara-negara modern, identitas dan
institusi, pemakaian bahan bakar fosil dalam jumlah besar dan kenaikan suhu
global.
Jika kita gagal menghentikan pemanasan iklim, 500 tahun ke
depan dan seterusnya akan mengubah Bumi dengan cara di luar kemampuan manusia
dalam mempertahankan banyak hal penting untuk bertahan hidup.
Bumi akan menjadi tempat asing bagi manusia. Pilihannya
satu, segera mengurangi emisi, sembari terus beradaptasi dengan pemanasan yang
tidak dapat kita hindari akibat emisi, atau mulai menganggap kehidupan di Bumi
berbeda.
Sumber: https://kumparan.com/kumparansains/ini-yang-bakal-terjadi-di-tahun-2500-jika-manusia-acuh-pada-krisis-iklim-1wbstmrXFZq/full
No comments:
Post a Comment