Warga beraktivitas di sekitar terpaan gelombang laut pesisir
Pantai Utara di Pekalongan, Jawa Tengah, Senin, 1 Juni 2020. Kredit: ANTARA
FOTO/Harviyan Perdana Putra/pras. |
Beberapa pakar memberikan beberapa saran mitigasi dan
antisipasi yang perlu dilakukan agar prediksi pesisir Pulau Jawa akan tenggelam
tidak terjadi. Berdasarkan penelitian, pesisir utara Pulau Jawa diprediksi
akan tenggelam karena perubahan iklim dan penurunan muka tanah.
Dalam webinar 'Ancaman Tenggelamnya Kota Pesisir Pantai
Utara Jawa, Apa Langkah Mitigasinya?' pada Kamis 16 September 2021, pakar iklim
dan meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Edvin Aldrian,
menjelaskan kondisi saat ini diperburuk oleh pergeseran tektonik dan efek
surutnya air tanah yang membuat muka tanah turun.
“Sehingga cara terbaik adalah menyetop pengambilan air tanah dari
sumur bor atau penyedotan,” ujar dia, Kamis. Artinya, Wakil Ketua Kelompok
Kerja I Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) itu melanjutkan,
pemerintah daerah harus bisa menyediakan air untuk kehidupan di wilayahnya dan
perlu memastikan ketersediaan situ-situ atau penampungan air, sehingga bisa
menjadi sumber air. “Ini adalah konsep kota modern.”
Konsep seperti itu, Edvin berujar, sudah diterapkan di
beberapa kota di dunia, seperti di Melbourne, Australia, dan Tokyo, Jepang yang
sudah tidak lagi menggunakan air tanah. “Salah satu mitigasi yang sempurna ya
ini, harus disetop,” tutur Edvin.
Berdasarkan data Penginderaan Jauh BRIN, wilayah DKI
Jakarta, penurunan muka tanah di sepanjang pesisirnya terukur 0,1-8,0
sentimeter per tahun. Sementara, berturut-turut di Cirebon, Jawa Barat, sebesar
0,3-4,0 cm per tahun; Pekalongan, Jawa Tengah, sebesar 2,1-11,0 cm per
tahun; Semarang, Jawa Tengah, sebesar 0,9-6,0 cm per tahun; dan Surabaya, Jawa
Timur, sebesar 0,3-4,3 cm per tahun.
Peneliti ahli utama BRIN, Eddy Hermawan, menerangkan, bahwa
salah satu mitigasi dengan membuat tanggul, tapi ini hanya jangka pendek saja
dampaknya. Namun, jika ingin yang jangka panjang, perlu kembali ke lingkungan
yang memenuhi standar.
“Lingkungan jangan dirusak, bisa penanaman manrove yang
paling tidak bisa meredam. Karena kita tidak mungkin menghentikan laju
pencairan di kutub, tapi setidaknya ada upaya,” ujar dia.
Eddy yang juga pakar meteorologi itu menyarankan agar
pemukiman di tepi pantai bisa dinaikkan. Selain itu kesadaran masyarakat
terhadap kerusakan lingkungan yang perlu ditingkatkan. “Karena ini
mengakibatkan untung yang tidak seberapa tapi ruginya besar. Ini harus dibayar
mahal apabila tidak bisa diredam.”
Sependapat dengan Eddy, Peneliti Ahli Utama Bidang Teknologi
Penginderaan Jauh BRIN, Rokhis Khomarudin, juga menyarankan agar back to
nature. Menurutnya, berdasarkan data satelit pengamatan, ada beberapa kemajuan
menarik terkait penanaman mangrove di Surabaya dan Bekasi, yang sudah nampak di
citra satelit.
“Ini patut kita apresiasi, tapi harus disurvei juga, langkah
ini bisa 3-4 tahun terlihat di satelit,” kata dia sambil menambahkan bahwa
dirinya pernah melakukan simulasi pembangunan tanggul untuk mitigasi, tapi
perlu beberapa hal diperhatikan agar benar-benar efektif.
Sumber: https://tekno.tempo.co/read/1507294/saran-pakar-untuk-mitigasi-dan-antisipasi-pesisir-utara-jawa-tenggelam/full&view=ok
No comments:
Post a Comment